Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat dan hidayahnya kita masih diberi kesempatan untuk
merasakan indahnya islam dan manisnya iman serta tidak lupa
pula kita curahkan shalawat serta salam kepada Nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan materi
tentang Membiasakan Berbuat Baik.
Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman “Jikalau
seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat
padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku
mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan
berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas.” (HR. Bukhari)
Didalam
melihat jalan hidup masyarakat di sekitar kita, bisa kita lihat bahwa
beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa
berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia
akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya orang
yang suka sholat berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke
tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya.
Semakin seseorang memperbanyak dan membiasakan berbuat baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan
yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi diatas bahwa semakin
tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT maka
semakin dekatlah kita dengan-Nya.
Salah
satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan
berbuat baik. Semakin kita terbiasa berbuat baik, maka semakin mudah
jalan kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia terbiasa
beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan berulang dalam kurun waktu
tertentu seperti sholat lima kali dalam sehari, puasa sunnah dua kali
seminggu dan sholat jum’at sekali sepekan.
Permasalahan
awal yang biasanya ditemukan dalam melakukan sesuatu yaitu dalam
memulainya. Memulai suatu aktifitas terkadang lebih berat dibandingkan
ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong mobil
yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil
bergerak. Setelah mobil tersesebut bergerak, diperlukan daya dorong
yang kecil. Ada juga sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal
perbuakan baik janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk
menunda, maka tundalah untuk menunda.
Hal ini seperti yang disampaikan Rasulullah saw:
“Bersegeralah
untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah
akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang:
kemiskinan yang membuatmu lupa,
kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu,
usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba menjemputmu,
dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat
bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih.” (HR. Tirmidzi)
Salah
satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu amal ibadah
adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan dirasakan.
Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan tersebut
akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita
wajib untuk mencari ilmu tentang fadhilah (kelebihan) dari suatu amalan
atau ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari
ilmu secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al Quran
digunakan agar manusia semakin ingat.
“Dan
sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi
(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan
peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari.” (QS. Al Israa’ 41)
Jadi,
mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang dan jangan
ditunda. Kalau belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin
yakin.
Wallahu a’lam bish showab.