Termasuk hikmah dari Allah bahwasanya tingkatan semangat seseorang,
motivasi, keinginan dan konsentrasi untuk mencari ilmu dan meraihnya,
berbeda dan bervariasi antara satu waktu dengan waktu lainnya,
sepanjanga hari, pekan dan bulan. Itulah sebabnya di sebagian waktu
seseorang merasakan kenikmatan jiwa yang menakjubkan, cepat paham dan
kuat dalam menghafal dibandingkan dengan waktu-waktu yang lain.
Dengan demikian, seyogyanya seorang penuntut ilmu memilih waktu yang
sesuai untuk konsumsi ilmiahnya. Memilih metode yang sesuai untuk
belajar di waktu tersebut. Karena menempatkan sesuatu bukan pada
tempatnya termasuk menyia-nyiakan waktu dan memboroskan tenaga. Berikut
adalah sebagian dari wasiat ulama salaf berkenaan dengan masalah ini.
Al Khathib Al Baghdadi berkata,
فأجود الأوقات: الأسحار، ثم بعدها وقت انتصاف النهار،
وبعدها الغدوات دون العشيات. وحفظ الليل أصلح من حفظ النهار، وأوقات الجوع
أحمد للتحفظ من أوقات الشبع
“waktu yang paling baik untuk menghafal adalah waktu sahur, di tengah
hari, kemudian di pagi hari. Menghafal di waktu malam lebih baik dari
waktu siang. Dan waktu lapar lebih baik dari waktu kenyang” (Al Faqih wal Mutafaqqih, 2/103).
Imam Ibnu Jama’ah berkata,
أن يقسم أوقات ليله ونهار ويغتنم ما بقي من عمره فإن بقية
العمر لا قيمة له. وأجود الأوقات للحفظ الأسحار وللبحث الإبكار وللكتاب وسط
النهار وللمطالعة والمذاكرة الليل
“(termasuk ada seorang penuntut ilmu) adalah membagi waktu malam dan
siangnya, dan memanfaatkan sis umurnya. Karena sisa umur tidak ternilai
harganya baginya. Waktu yang paling baik untuk menghafal adalah waktu
sahur, waktu pagi untuk penelitian, tengah hari untuk menulis, dan malam
untuk menelaah serta mudzakarah (mengulang)” (Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallimin).
Ibnul Jauzi berkata,
وللحفظ أوقات من العمر، فأفضلها الصبا، وما يقاربه من
أوقات الزمان، وأفضلها عادة الأسحار، وأنصاف النهار، والغدوات خير من
العشيات، وأوقات الجوع خير من أوقات الشبع
“dalam menghafal ada waktu-waktunya, yang paling baik adalah ketika
masih kecil, atau yang masih mendekati itu lebih baik dari rentang usia
yang lain. Dan yang paling baik adalah ketika waktu sahur dan tengah
hari. dan waktu-waktu pagi hingga siang, lebih baik dari siang hingga
sore. waktu lapar lebih baik dari waktu kenyang” (Shaidul Khathir, 580).
Khalil bin Ahmad berkata, “waktu pikiran paling jernih adalah waktu sahur” (Wafayatul A’yan, 1/173).
Syah Waliyullah Ad Dahlawi berkata, “waktu untuk menghadap Allah
adalah ketika terbebas dari gangguan alami (fisik) seperti ketika sangat
lapar, sangat kenyang, sangat mengantuk, terlalu capek. Atau gangguan
pikiran, seperti telinga yang bising karena suara ribut, pandangan yang
dipenuhi dengan gambar-gambar berwarna-warni dan dari bisikan-bisikan
lainnya” (Hujjatullahil Balighah).
Source : Muslim