Disebutkan oleh Ibnu Taimiyah, Abul ‘Aliyah menyatakan,
كَلِمَتَانِ يُسْأَلُ عَنْهُمَا الْأَوَّلُونَ والآخرون مَاذَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ وَمَاذَا أَجَبْتُمْ الْمُرْسَلِينَ
“Dua kalimat yang akan ditanya pada orang yang terdahulu dan orang
belakangan yaitu apa yang kalian sembah dan apa jawabanmu kepada para
rasul.” (Majmu’ Al Fatawa: 15: 105).
Pertanyaan di atas berdasarkan dua ayat berikut,
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ
“Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata:
“Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu katakan?” (QS. Al
Qashash: 62)
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ
“Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata:
“Apakah jawabanmu kepada para rasul?” (QS. Al Qashshash: 65)
Siapkah kita menjawab dua pertanyaan di atas?
Apakah kita sudah beribadah dengan ikhlas? Apakah setiap ibadah kita sudah murni untuk gapai ridha Allah?
Apakah kita sudah mengikuti tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam? Ataukah ibadah kita hanya asal-asalan saja atau hanya mengikuti tradisi?
Dari sini pun kita bisa gali pelajaran bahwa beragama bukanlah
mengikuti banyak orang namun bagaimanakah kita sudah memenuhi tuntutan
Rasul ataukah belum.
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Artikel Rumaysho | Mar 14, 2015