Saat ini musim hujan. Satu hal yang mesti dipahami tentang hujan,
hujan kadang diturunkan sebagai rahmat, kadang sebagai siksa atau
hukuman.
Hujan Sebagai Rahmat
Hujan adalah rahmat Allah. Allah Ta’ala berfirman,
وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ
“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan
menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha
Terpuji.” (QS. Asy Syuura: 28). Yang dimaksudkan dengan rahmat di
sini adalah hujan sebagaimana dikatakan oleh Maqotil. (Lihat Zaadul
Masiir, 5: 322)
Hujan itu adalah rezeki yang sifatnya umum bagi seluruh makhluk. Allah Ta’ala berfirman,
وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
“Dan di langit terdapat rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.”
(QS. Adz Dzariyat: 22). Yang dimaksud dengan rezeki di sini adalah
hujan sebagaimana pendapat Abu Sholih dari Ibnu ‘Abbas, Laits dari
Mujahid dan mayoritas ulama pakar tafsir. (Lihat Zaadul Masiir, 5: 421)
Ath Thobari mengatakan, “Di langit itu diturunkannya hujan dan salju,
di mana dengan sebab keduanya keluarlah berbagai rezeki, kebutuhan,
makanan dan selainnya dari dalam bumi.” (Tafsir Ath Thobari, 21: 520)
Bukti sebagai rahmat, hujan adalah pertolongan untuk wali Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat,
إِذْ
يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُم مِّن
السَّمَاء مَاء لِّيُطَهِّرَكُم بِهِ وَيُذْهِبَ عَنكُمْ رِجْزَ
الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الأَقْدَامَ
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu
penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari
langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari
kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan
memperteguh dengannya telapak kaki(mu).” (QS. Al Anfal: 11)
Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah mengatakan, “Hujan yang dimaksud
di sini adalah hujan yang Allah turunkan dari langit ketika hari Badr
dengan tujuan mensucikan orang-orang beriman untuk shalat mereka. Karena
pada saati itu mereka dalam keadaan junub namun tidak ada air untuk
mensucikan diri mereka. Ketika hujan turun, mereka pun bisa mandi dan
bersuci dengannya. Setan ketika itu telah memberikan was-was pada mereka
yang membuat mereka bersedih hati. Mereka dibuat sedih dengan
mengatakan bahwa pagi itu mereka dalam keadaan junub dan tidak memiliki
air. Maka Allah hilangkan was-was tadi dari hati mereka karena sebab
diturunkannya hujan. Hati mereka pun semakin kuat. Turunnya hujan ini
pun menguatkan langkah mereka. … Inilah pertolongan Allah kepada
Nabi-Nya dan wali-wali Allah. Dengan sebab ini, mereka semakin kuat
menghadapi musuh-musuhnya.” (Tafsir Ath Thobari, 11: 61-62)
Hujan Bisa Jadi Sebagai Siksa
Lihatlah azab pada kaum Nuh,
وَقِيلَ
يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ
وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا
لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit
(hujan) berhentilah,” dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan
dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan:
“Binasalah orang-orang yang zalim.“” (QS. Hud: 44)
Lihatlah pula azab pada kaum ‘Aad,
فَلَمَّا
رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ
مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ
أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا
يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ
(25)
“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke
lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan
menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu
minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab
yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya,
maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas)
tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang
berdosa.” (QS. Al Ahqaf: 24-25)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu khawatir dengan mendung hitam, beliau khawatirkan itu adalah azab. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,
وَكَانَ
إِذَا رَأَى غَيْمًا أَوْ رِيحًا عُرِفَ فِى وَجْهِهِ . قَالَتْ يَا
رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْغَيْمَ فَرِحُوا ،
رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ فِيهِ الْمَطَرُ ، وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ عُرِفَ
فِى وَجْهِكَ الْكَرَاهِيَةُ . فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ مَا يُؤْمِنِّى
أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ ، وَقَدْ رَأَى
قَوْمٌ الْعَذَابَ فَقَالُوا ( هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا ) »
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat
mendung atau angin, maka raut wajahnya pun berbeda.” ‘Aisyah berkata,
“Wahai Rasululah, jika orang-orang melihat mendung, mereka akan begitu
girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda
halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan
tanda tidak suka.” Beliau pun bersabda, “Wahai ‘Aisyah, apa yang bisa
membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adaah azab. Dan pernah suatu kaum
diberi azab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu
kaum ‘Aad) ketika melihat azab, mereka mengatakan, “Ini adalah awan yang
akan menurunkan hujan kepada kita.” (HR. Bukhari no. 4829 dan Muslim
no. 899)
Semoga jadi renungan berharga bagi kita. Moga Allah turunkan pada
kita hujan yang bermanfaat, bukan hujan yang membawa petaka dan azab.
* Diambil dari buku penulis: Panduan Amal Shalih di Musim Hujan terbitan Pustakan Muslim.
Source : Muslim.or.id
Source : Muslim.or.id