Tokoh Islam merupakan sosok yang
berperan penting dalam wajah Islam. Tokoh Islam sudah menyebar di muka
bumi. Mereka pun akan senantiasa memiliki jejak yang penuh arti dan
sungguh berbekas dalam diri manusia pada saat itu.
Jika berbicara mengenai pendidikan dan
ilmu maka keduanya merupakan bidang yang paling utama dan sangat
diperhatikan dalam dunia Islam. Bahkan Al Qur’an pun Allah SWT telah
menjaminkan untuk dapat menaikkan derajat orang-orang yang berilmu yaitu
dalam surah Mujadillah ayat 11. Dengan demikian ilmu sudah telah
terbukti mampu untuk mengangkat derajat serta martabat seseorang. Namun
jika kita menengok sejarah puncaknya dalam dunia Islam, ilmu jugalah
yang telah membuat Islam hampir dapat menguasai dua per tiga dunia.
Subhanallah.
Tokoh Islam dalam dunia pendidikan
- Ibnu Sina
Sosok Ibnu Sina tak ada orang yang tak
mengenalnya. Ibnu Sina lahir di Afshana, dekat Bukhara, di kawasan Asia
Tengah. Menurut Beliau bahwa tujuan pendidikan itu seharusnya fokus dan
mengarah kepada pengembangan untuk seluruh potensi yang dimiliki oleh
setiap manusia. Maka potensi itu bukan hanya tertuju kepada perkembangan
fisik saja, melainkan budi pekerti dan intelektual. Kemudian beliau
juga menyatakan bahwa pendidikan harus segera bisa dan mampu dalam
mempersiapkan seseorang agar supaya hidup bermasyarakat.
Sehingga dengan pendidikan, setiap
manusia akan mampu melakukan kegiatan ataukah keahlian yang berdasar
pada kemampuan bakatnya dan potensi apa saja yang dimilikinya, serta
adanya kecenderungan ataupun kesiapan seseorang.
- Al-Ghazali
Al Ghazali merupakan sosok Tokoh Islam
yang mengajarkan akan sebuah konsep pendidikan yang menyeluruh misalkan
meliputi tujuan pendidikan, metode, kurikulum serta etika guru dan juga
murid. Beliau juga turut menawarkan dan menyatakan bahwa pelajaran yang
diajarkan hendaklah harus sesuai dengan dua kecenderungan, yaitu yang
pertama adalah agama dan kedua adalah tasawuf serta pragmatis.
Menurutnya pun , seorang guru tidak hanya bisa berpikir cerdas dan
akalnya sungguh sempurna, akan tetapi ia harus mempunyai sifat khusus
contohnya adalah memiliki rasa kasih sayang dan peduli, tidak menuntut
adanya upah dari jerih payahnya, dan berperan sebagai pengarah dan
penyuluh yang penuh transparansi atau bersikap jujur dan adil,
menggunakan cara penuh simpatik dan tidak menggunakan kekerasan, yang di
mana bersikap halus dan tidak mencaci maki.
- Al-Qabisi
Al-Qabisi merupakan seorang ahli hadits
dan fikih, namun Ia juga dikenal sebagai Tokoh Islam yang ahli dalam
dunia pendidikan, terutama dunia pendidikan anak. Menurut beliau bahwa
dengan mendidik anak-anak maka artinya adalah mendidik bangsa dan
negara. Dengan demikian, seorang guru bukan hanya harus dapat dan mampu
untuk menyampaikan materi saja akan tetapi juga memiliki budi pekerti
serta yang paling pokok dalam hal ini seharusnya bisa menjadi teladan
untuk murid-muridnya.Beliau sangat bersikeras untuk tidak setuju adanya
percampuran antara lelaki dan perempuan terhadap proses pendidikan. Hal
ini disebabkan karena menurutnya bahwa remaja yang masih memiliki usia
puber dan belum memiliki akan ketenangan jiwa yang dapat mengarahkannya.
Ia pun juga turut sangat khawatir, karena dengan percampuran tersebut
akan jusrtru dapat berujung terjadinya kerusakan moral.
Untuk pendidikan yang dilakukan menurut Al-Qabisi berlangsung di kuttab, dalam artian bahwa yaitu seorang anak yang sudah masuk ke dalam kuttab,
maka tidak ada lagi bentuk perbedaan derajat di sana(di kuttab). Dengan
demikianlah anak orang kaya ataupun orang yang miskin akan menerima
pendidikan yang sama, karena menurut beliau adalah pendidikan merupakan
sebuah hak bagi setiap orang tanpa terkecualinya dan sangat
menganjurkan subsidi secara silang, yaitu orang-orang yang kaya dan
secara financial sungguh mampu maka akan turut membantu dan menolong
anak-anak yang kurang mampu atau anak miskin yang butuh bantuan,
sehingga pendidikan pun dapat dirasakan oleh siapa pun tanpa kebatasan
financial maupun berkenaan adanya status.
- Al-Mawardi
Al-Mawardi merupakan Tokoh Islam dalam
pendidikan yang mengajarkan bahwa etika antara guru dan murid untuk
proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting, karena seorang
guru sudah seharusnya memiliki sikap rendah hati atau tawadhu dan terhindar dari sikap besar kepala atau ujub. Guru pun juga harus bersikap ikhlas dan penuh kecintaan dan sepenuh hati terhadap tugas yang dilakukannya.
Beliau sungguh melarang keras orang yang
mendidik dan mengajar yang beralasan berdasarkan adanya motif ekonomi.
Menurutnya bahwa dengan mengajar dan mendidik merupakan sebuah pekerjaan
atau aktivitas mengenai keilmuan yang tidak dapat dinilai secara
finansial. Maka seorang guru harus penuh keikhlasan akan tetapi tetap
juga bersikap profesional ketika menjalani profesinya sebagai tenaga
pendidik.